Rabu, 04 Juni 2008

Tegar Dalam Getirnya Kehidupan

Warna keemasan tampak di ufuk barat, menandakan bahwa tugas sang surya telah usai, burung-burung pun kembali kesarangnya dengan nada kicauan nan indah, cahaya bintang dan bulan mulai menampakkan keindahannya seolah menceritakan akan keindahan malam, nyanyian jangkrik seakan menghiasi sepinya malam.

Tapi tidak bagi Ahmad, keindahan dan kesejukan malam tak mampu menghiburnya, seribu satu masalah seakan menghiasi wajahnya. Memang sejak dia menginjakkan kakinya di Azhar Center tampak ragu, bukan karna prestasinya, tapi kekhawatirannya terhadap kakek dengan perekonomian yang pas-pasan, namun Ahmad tetap berusaha untuk ikhlas mengemban amanah, dia sadar dirinya merupakan salah satu siswa yang terpilih untuk mendapatkan beasiswa, akan tetapi biaya itu hanya mapu mencukupi asrama, makan, dan SPPnya, sedangkan uang untuk buku dan kehidupan sehari-hari ada pada tanggungannya. Mungkin inilah yang menjadi masalahnya karna setiap kali pulang kampung kakek Cuma beri dia uang untuk sewa angkot.

Keadaan yang sekarang dialami Ahmad merupakan keadaan tersulit, namun dia akan tetap tegar meskipun kehidupannya serba kekurangan dan penuh keterbatasan.

Sejak kecil dia memang terasuh di lingkungan sederhana, sepeninggal ibunya satu tahun kelahirannya membuat ayahnya menikah lagi, dan dianugrahi dua orang anak, sedangkan Ahmad dititip dan dipelihara oleh kakeknya, tapi keadaan yang seperti ini tak membuatnya patah semangat, dia kemudian disekolahkan tanpa santunan dari ayahnya.

Perih dan sedih rasanya ditinggal ibu kemudian diterlantarkan oleh ayah, walaupun demikian semangat dan hausnya akan ilmu membuatnya sampai di Azhar Center setelah sebelumnya mengecap pendidikan di salah satu pesentren yang ada di daerahnya.

Dan sekarang dia akan buktikan pada orang lain bahwa meskipun tanpa uluran tangan dari ayah asalkan kita sungguh-sungguh pasti Tuhan akan memudahkan perjalanan kita, dan itulah yang dialami oleh Ahmad.